Sabtu, 06 Oktober 2012

Ke sia-sia'an



Terkisah dari lelah hati yang tersadarkan!
Dari sekian baur melintang waktu dan kesia-sia’an cinta
Yang dimiliki hanya dianggap sampah tak berguna
Ini bukanlah dendam di akhir cerita
Namun perasaan merajalela yang harus di musnahkan
Kembali kecerita dan drama awal
Terjatuh dan luka telah beberapa kali dirasa
Terpancing dengan umpan yang sama adalah kebodohan besar yang ku ulang-ulang

Baiklah…..
Itu mungkin sekilas bagaimana perasaan terhancur kelam yang disia-siakan
Kali ini sepintas doaku yang ku rajai untukmu
Apapun itu aku berharap kebahagiaan dan keindahan hidupmu selalu terbentang
Yang menjadi lelah batin menyiksa pilu menyaksikan kebahagiaan yang merenggut kehampaan jiwa

Aku berharap rasa sakit aku ini kau rasakan juga
Bayangkan jika kau di posisiku
Tapi lupakan hal itu
Gerbang kebahagiaan itu telah tampak di depan mata
Berjalanlah menujunya
Kau akan dengan mudah melupakanku
Anggap aku tak pernah ada
Anggap aku tak pernah punya cinta
Anggap aku bisu
Anggap aku patung tak berarti

Dendam?
Tentu saja tidak
Semua itu telah menjadi pelajaran untukku
Pemodusanmu itu sangat hebat sekali
Omongan hanyalah omongan
Tanpa tindakan adalah NOL besar
Permainan adalah permainan
Jika di ulangi akan bisa membosankan
Cari hal baru yang lebih menjanjikan
Lupakan perminan lama dan cari permainan baru
Kebodohan membangkitkanku, menyadarkan, dan memulihkan semua luka
IBLIS bedebah!
Malaikat ku abaikan
Dunia khayal kumainkan
Sia-sia semuanya sia-sia
Dunia sempit membodohkan
Ini pengkhianatan !!!!!

Selasa, 25 September 2012

Sesadar Logika


Aku akan baik-baik saja
Cuma ingin saja rasanya meminta kau ajarkan aku untuk membenci
Sekarang aku tersakiti oleh perasaan sendiri
Menyesalpun bukan lagi menjadi hal yang berarti
Karena aku terlanjur menyayangi
Sebaik-baiknya aku menyimpan rindu
Dan seburuk-buruknya juga aku harus menelan mentah dalam-dalam
Ketahuilah!
Sadarlah kau sikapmu menahan air mataku
Buka matamu!!
Lihatlah aku
Lihat !!!!
Tak ada orang yang masih sanggup memaafkan
Bahkan mencintai lebih akibat ulahmu yang menancapkan pisau tajam tepat di jantungku

Suatu saat nanti semua ini akan berputar terbalik
Aku akan melangkahkan kaki sejauh-jauhnya
Tunggu saja waktu!
Semua akan terpotret gambaran aku di cerita itu
Lalu silahkan saja kau berteriak pada dentang waktu
Ia tak akan mendengar
Ia tak akan kembali
Berlarilah!
Silahkan semampumu sekuat apa kau langkahkan lajumu
Pada dua garis yang tak menyatu

Kau tak akan temukan ku yang dulu
Ingat ! tak akan lagi tak akan sayang
Sampai senja berubah arah pun
Aku tak mau lagi menjadi aku yang lemah dulu
Jangan genggam tanganku lagi
Jangan menangis
Jangan sesalkan

Biarkan aku yang mendekam di jeruji pengkhianatan itu
Kau yang membuat dan kau yang mengurung aku
Kau kan yang menggores nadiku?

Cukup sudah!
Aku akan hentikan scenario palsu ini
Mungkin memang salahku
Yang terlalu bodoh yang masih mempercayai kemunafikanmu
Mulut harimaumu itu menjebak seluruh jangkauan otakku
Oh… sungguh kau seperti ilusionis
Bisa membius dan aku menyerahkan semua hati
Ah! Betapa gilanya aku
Sekelebit sesal menjadi bencana
Tikaman halus meluluh lantakkan seluruh logika
Kau itu bukan pakar matematika ahli kimia atau fisika
Jadi jangan terlalu ahli untuk mengukur dalam rasa sayangku
Yang perlu kau tau
Bagaimana karakter alcohol seperti itulah aku

Hah! Sudahlah
Aku letih membahas hal bodoh ini
Pahami dan terka ulang semua isyarat ku

Cemburu itu...............................


Lagi dan lagi
Kau berhasil meluluh lantakkan hatiku dalam sekejab
Detikpun tak terhitung
Panas!
Aku panas melihat kemesraan itu
Jangan!
Jangan tampakkan lagi di depanku
Aku tak sanggup tatkala hatiku berontak
Tak bisa dan tak imbang rasanya
Antara hati dan raga
Aku lemah dengan ragaku
Tapi meledak-ledak dari dalam
Sudahlah!
Acuhkan dan diam saja
Cemburu itu akan hilang perlahan


I miss you ( created : 14 Februari 2012)


Syair bisa saja indah di dengar
Lirik bisa saja nikmat dirasa
Tapi aku hanya duduk melamun menatap kosong
Tak peduli apa yang menghantui ku nanti

Desiran angin mengelus tubuh
Kesunyian malam melengkapi istimewa
Bisikan daun mengerang
Embun menetes seiring air mata

Malam ini seperti sandiwara
Yang terlintas hanyalah dia
Dia yang dulu ada

Sontak nadi berbicara
Tersadar ia tak ada lagi

Apakah malam ini aku akan gila?
Jantungku seperti terhenti
Mata berkaca-kaca
Karena menahan satu rasa
Rasa yang menggila
Rasa merindunya

Only Me and Me


Bukan suatu keadaan yang memecahkan sebuah fakta
Dan bukan hanya jarak yang merenggangkan antara aku dan dia
Tidak satu orang pun yang ingin kan cinta semu
Namun bukan dan bukan salah siapa-siapa
Melainkan diri sendiri

Aku dan rasaku telah melangkah jauh menyusup di sebuah hati
Bukan karena keistimewaan
Melainkan bagaimana caranya ia meluluhkan
Dan tak mustahil juga jika banyak hati yang ingin dengannya
Harus ku akui
Aku memang telah jatuh dan mungkin sulit untuk kelain hati
Hanya aku, perasaanku, dan Tuhan yang paham
Dimana dan bagaimana rasa itu tak mau menjauh walau sedetik

Hanya aku dan aku yang berani bermain
Dan belum menyerah untuk mengakhirinya

Two Heart



Ya sudahlah!
Mengerti saja, cukup!
Tapi kenapa dingin begitu, jangan acuhkan
Ah! Tak seharusnya aku bersikap konyol
Jalani saja apa yang ada, walau sebenarnya ada rasa cemburu
Tak masalah
Yang jadi masalah adalah jika aku tak ada rasa cemburu itu lagi, bukan begitu?
Mengerti posisi saja
Obsesi. Masalah itu yang seharusnya kukendurkan bukan ku perketat ngotot ingin kamu seutuhnya
Tidak mungkin!
Nihil yang yang akan ku telan mentah-mentah
Karena ia pernah bilang “Kita Berbeda”
Oh… bukankah perbedaan adalah indah?
Mungkin tidak bagimu
Bukan hanya perbedaan namun beberapa jarak yang begitu sangat
Nanti…
Iya nanti, aku pasti mampu, bisa, dan sanggup menepiskannya
Saat ini aku memang sangat menyukai semua yang ada pada dirimu
Tapi itu saat ini
Mana aku tau apa kejadian esok atau lusa atau masa depan nanti


Makin kupererat atau kulepas saja?
Bila ku pererat mungkin aku gila
Terlalu yang sungguh
Bisa rusak memory ku
Tapi di sisi lain, jika ku lepas
Aku masih ingin genggam tanganmu
Aku serba salah

Kau itu apa sih? Malaikat penggoda?
Tuhan… selamatkan aku dari ini, dari racun hati yang melanda. Kalau aku mati bagaimana?
Habislah aku!

Dua hati, iya dua hati yang kau punya
Tak apa, takkan ku tunjukan rasa iri itu
Biarkan dan biarkan saja
Mungkin seiring waktu rasa itu akan sirna
Karena rasamu bukan seutuhnya punya ku
Aku tak boleh egois
Aku hanya boleh diam
Itu saja
Cukup itu
Ada kalanya dan pasti ada jawaban
Siapa untuk siapa
Karena hati hanya ada satu, seharusnya hanya memuat satu orang saja
Benarkan?

Kamis, 20 September 2012

Kita


Bosan……
Lima huruf yang menuai sejuta perasaan bimbang, perasaan hambar, ragu, bahkan melebur terantai mentatih hati
Satu kata yang menggores kontroversi,emosi,dan delima membeku nadi
Rajutan warnanya dahulu berubah hitam pekat
Nyaris!
Mulus tanpa suara, tanpa tatapan
Dan balutan mesra merenggang
Berjarak jauh sedikit demi sedikit
Aku atau kamu?
Siapa yang salah?
Bukankah kita baik-baik saja?
Lalu ada apa dengan kita?
Ia kita?
Lakukan pembenahan sebelum terlambat
Aku yakin kita masih sanggup menata rapi sepanjang cerita yang kita mau
Rangkul lah aku
Kita akan membentang sajadah bersama hembusan kalimat indah itu
Sekarang!
Jangan biarkan detik kian musnah
Saat ini
Wujudkanlah melodi sendu keharmonisan dalam deburan, perpaduan, dan tanpa jarak lagi
Bukan aku atau kamu
Melainkan kita yang akan menjadi kami

Minggu, 02 September 2012

Sunset Kenangan Part I by Ocha^^



Pagi ini perasaanku tak menentu,jantung ku berdebar kencang sekali. Kampus juga masih terasa senggang, karena kali ini aku berangkat memang pagi sekali. Kebetulan ada buku yang harus aku cari di perpustakaan.
Namun fikiranku serasa melayang,aku tak focus hari ini. Ada hal apa yang menggangguku pagi ini tak nyaman sekali.
Perpustakaan masih  sepuluh meter lagi di depanku tapi berat sekali rasanya kaki ini melangkah. Seperti terantai,kaku dan dingin sekali. Ku hiraukan hal sangat mengganggu ku itu ku percepat langkah kaki ku agar segera tiba di perpus.
Sambil memilah buku yang aku perlukan di rak sembari kulihat juga telepon genggam yang selalu kubawa dan masih berharap seseorang yang ada di hatiku memberi kabar. Hmmm tapi nihil. Buku yang aku cari sudah ada di tangan segera saja aku mengambil posisi untuk segera melengkapi tugasku sebagai mahasiswi di salah satu Universitas kota hujan ini.
Tiga puluh menit berlalu, tiba-tiba saja Vino datang mengagetkanku. Hampir saja jantungku copot karenanya.
                   “woy” sapanya yang kurasa tak enak jika ia berada di tempat seperti ini
                   “ih apaan sih lo, gila banget. Ini perpus bukan kebun binatang” kataku cetus karena kaget akibat ulahnya.
                   “makanya jangan ribut” timpalnya
                   “elo yang ribut” nadaku makin kesal
                   “haha jangan manyun dong, lagi apa sih?” tanyanya sambil duduk di sampingku.
                   “biasa ada tugas. Lo ngapain disini,orang kaya lo ada hal apa yang membuat lo tergugah kesini?”
                   “hahahahahahaha” tawanya kencang
                   “eh….ssstt diem lo, lo kira ini kantin” kataku sambil melihat sekeliling isi perpus dan banyak pasang mata yang tertuju pada kami. Ah si Vino ini bikin malu aja sih
                   “oopppssss…maaf maaf” katanya sambil memangguk-mangguk pada setiap pasang mata yang melihat kami tadi. Aku hanya melihatnya dan segera ku ambil tasku beserta buku dan beranjak pergi meninggalkan si kudel itu. Vino adalah mahkluk aneh yang menggangguku hampir setiap hari. Kampus selebar ini kenapa aku yang jadi sasarannya. Si alien itu memang sangat aneh,hanya saat jam pelajaran saja aku terbebas dari jailannya karena kami tak sekelas. Bagaimana jadinya jika aku sekelas dengannya bisa terbelah dua duniaku “Oh astaga” keluhku. Namun walaupun begitu ia adalah sosok yang lucu dan baik hanya saja itu tak mengalahkan kejailannya tetap saja si kudel itu suka bikin onar.
                   “Win…….” Seseorang memanggilku dari belakang. Hmm ternyata si kudel itu. Dengan rambut kribonya dengan mini headphone yang selalu menggantung di lehernya dan mp3 player di saku celananya. Celana jeans warna hitam,baju kemeja yang tak di kancing dengan dalaman kaos putih juga sepatu kets dan tas samping yang entah apa isinya. Ternyata ia menguntitku.
                   “apaan sih kudel, lo ganggu mulu deh” kataku yang sembari berhenti menghadapnya.
                   “ah elo nih, gue ada informasi penting nih”
                   “halah sepenting apa sih?” sembari kuberjalan menjauhinya,rasanya ingin cepat-cepat aku masuk kelas. Tapi tetap saja ia menguntitku.
                   “ini penting banget”
                   “gue ga mau denger kudel”
                   “lo liat gue dulu sebentar”
                   “gue ga sempet”
                   “kenapa?” tanyanya penuh penasaran
                   “banyak Tanya ya lo”
                   “Sebentar aja kali win”
                   “ga bisa kudel,bentar lagi gue ada kelas, sorry deh” aku yang semakin berlalu darinya dan ia terhenti dari langkah kakinya, aku menoleh kepala ku sedikit untuk memastikan ia masih mengikutiku lagi atau tidak,oh syukurlah ia tak menguntit ku lagi.
                   “ini soal Bara” katanya sedikit menjerit karena ia berjarak beberapa meter di belakangku. Langsung terhenti langkahku karena mendengar nama itu. Nama yang selalu ada di hatiku, sejak setahun yang lalu ia tak pernah memberiku kabar. Sebenarnya apa yang terjadi karena aku dan ia tak ada masalah apa mungkin karena kami beda Negara sekarang sehingga ia jenuh. Dua tahun yang lalu komunikasiku masih lancar-lancar saja walaupun ia bersekolah di negeri kanguru itu. Sejak setahun yang lalu itu juga aku tak bisa menghubunginya. Keluarganya juga sudah keluar dari pulau Jawa ini, dan pada akhirnya aku menyerah karena nomor telepon yang ia gunakan saat menghubungiku di Indonesia sudah tak lagi aktif. Ia mugkin sudah tak mengannggapku lagi. Kesetiaan ini ternyata di balas dusta, aku hanya ingin ia tau bahwa aku dan hatiku hanyalah miliknya betapa teganya ia menghancurkan aku dengan cara bodoh seperti ini. Tak sadar air mataku menetes.
                   “gue ga mau lagi denger nama itu” jawabku hambar dan melemah seketika lalu ku tinggalkan vino tanpa memperdulikannya. Aku tak sedikitpun menggubrisnya, kubiarkan ia berteriak-teriak seperti orang gila dan entah apa yang di bilangnya, tak jelas. Dengan mataku yang sayu,badan melamah,dan mata berkaca-kaca, aku memasuki kelasku dengan mood yang berantakan seperti ini. Dikelas tak ada sepatah katapun yang keluar, pelajaran dari dosen hanya kurekam via handphone milikku. Aku benar-benar tak mengerti dengan semua ini.
***

Jam menunjukkan pukul 12.30, sepertinya aku ingin pulang cepat. Agar tak bertemu lagi dengan si kribo itu dan menceritakan hal-hal aneh tentang Bara.
                   “Win…………” seru seorang dari belakangku yang melihatku baru keluar dari kelas,yang tak lain adalah selly sahabatku. Dia adalah teman lamaku sejak SMP dia sangat mengerti tentangku. Dia cantik, memiliki postur tubuh yang semampai, kulitnya bersih, rambutnya hitam sebahu dengan dagu yang rucing,mata bulat dan hidung mancung serta perawakan yang dibilang ideal membuat banyak laki-laki di kampus tertarik padanya belum lagi sikap nya yang sopan dan ramah semakin mempercantik sosok sahabatku yang satu ini.
                   “iya sell” sambil menoleh kearahnya yang mendekatiku
                   “mau kemana?” tanyanya
                   “mau pulang deh, lemes banget”
                   “lo sakit atau ada masalah?”
                   “engga sih, Cuma pengen aja pulang”
                   “lo inget Bara ya?” kata-katanya membuatku semakin pusing dengan nafas panjang aku mulai melangkahkan kaki dan Selly mengikuti.
                   “Win… gue salah ya, maaf ya” pintanya
                   “enggalah” sambil merangkulnya dan tersenyum lebar
                   “sahabat sebaik lo masa gue marah Cuma lo Tanya gitu”
                   “trus?”
                   “ya… gue ga mau aja bahas kan gue mau pulang” jawabku ringan
                   “kalo gitu gue ikut pulang”
                   “lah.. bukannya lo masih ada kelas?” tanyaku
                   “tapi gue bete, uda ah pulang aja yuk” ajaknya yang sembari menarik tanganku dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Dan canda tawa serta ejek-ejekkan berpagut antara kami, ya sedikit meringankan beban fikiranku.

Setelah keluar kampus mengendarai mobil Selly,aku kembali merenung mengingat akan Bara dan Bara, karenanya aku belum bisa menerima siapapun selain dirinya,karena aku yakin ia akan pulang dan menemuiku, setidaknya aku ingin merasakan kemesraan di pantai yang dulu menjadi saksi bisu antara aku dan Bara.
                   “Win…win…wina” seruan itu mengejutkan ku
                   “aa,ehhh……hmmm kenapa sell?” kata-kataku yang terbata akibat tak terlalu mendengar panggilannya.
                   “kan kan ngelamun lo ya? Kenapa sih win? Cerita dong”
                   “cerita apaan? Gue ga kenapa-kenapa kok” jawabku memekik berusaha menyembunyikan perasaan kacau ku di depannya.
                   “sok ketawa lo, eh kemana kita nih kalau langsung pulang kayanya ga seru deh. Gimana kalau ke Mall?” ajaknya
                   “ah males ahhh..”
                   “ayolah win, biasanya juga lo seneng gue ajak ke mall”
                   “kalau hari ini gue lagi males”
                   “ah lo gitu banget sih, ayo dong” rengeknya sembari mencolek-colek lenganku
                   “ih lo genit banget sih”
                   “makanya ayoooo” pintanya sekali lagi
                   “hmmm.. gimana ya?”
                   “ah sekarang kan yang nyetir gue,nah lo tinggal gue bawa aja. Gampang hahahaha” katanya dengan tawa yang khas itu
                   “hahaha dasar lo”
Sesampai nya di Mall tak mungkin rasanya jika aku bermood yang tak sedap,kunikmati saja momen ini bersama Selly. Dengan belanja,makan,dan keliling-keliling atau menjajaki game zone sekiranya bisa mencairkan Susana hatiku yang beku sejak pagi tadi. Ada kalanya jika hal ini sudah jelas akan ku ceritakan pada Selly. Aku tak mau membuatnya khawatir karena sikapku yang tak jelas ini.
***
Malam hampir tiba,senja pun menghias langit di sudut kota. Lampu-lampu sudah menyala di perkotaan ini. Jalanan mulai padat,suara klakson mobil dan motor saling berpagutan. Terasa bising sekali. Selly masih focus pada setir dan jalanan aku yang sedikit jengkel karena jalanan yang begitu ramai menyetel lagu Love you like a love song miliknya cewe imut Selena Gomez.
Tepat pukul tujuh malam aku tiba di rumah, segera saja aku turun dari mobil Selly
                   “Sell, thanks ya” kataku sembari ku bungkukkan sedikit badanku agar terlihat selly yang di dalam mobil
                   “haha thanks juga win, buru mandi ya lo”
                   “sip! Hati-hati lo ya” pesan ku pada nya
                   “okay, byeeee” katanya sambil menginjak gas dan melaju meninggalkan ku.
***
Ku baringkan tubuhku yang di balut baju tidur berenda hijau dan putih dikamar setelah selesai mandi. Karena seharian aku beraktivitas. Ingin rasanya aku cepat-cepat terlelap namun kenapa aku teringat akan Bara dan Bara lagi. Bukankah ia sudah tak peduli denganku. Apa kabarnya ia disana setelah setahun yang lalu ia mengirimkan kado dan ucapan ulang tahun untukku ia tak lagi muncul,ia seperti tertelan bumi. Tetes air mataku meluncur di pipiku sembariku lihat foto aku dengannya di dekat lampu hias sebelah tempat tidurku. Dan kenapa Vino ingin menceritakan soal Bara. Kalau Bara ada lantas mengapa ia tak menemuiku. Aku menantinya selama ini. Foto yang terpampang itu mengingatkan ku saat kami di pantai. Ia meluapkan semua kerinduan dan betapa mesranya saat itu, ia bilang padaku “Aku akan tetap menyanyangimu dimanapun aku berada dan jika aku jauh jaga hatimu untukku dengan kesetiaan. Karena seberat apapun cinta kita tak akan pernah padam walau sekalipun jarak memisahkan kita. Aku sangat menyanyangimu Wina” ungkapnya panjang untukku “Dan berjanji jika salah satu di antara kita tersakiti jangan biarkan pertengkaran yang meracuni, tapi peluklah aku dan tentramkan hatiku” pintaku saat itu. Lalu ia mengangguk pertanda ia mengiyakan kata-kataku dan mengecup keningku dan bibirku berpagutan dengannya terasa nyaman sekali aku dalam dekapnya, sunset pun seolah tersungging dan tersenyum manis dan membentang warna kuningnya di sebrang lautan sana bak karpet membentang. Ingatan itu masih begitu tajam di fikiranku, aku tak bisa melupakannya begitu saja empat tahun bukanlah waktu yang singkat. Kerinduan ini begitu menusukku,meracuni dan mengerogoti perlahan-lahan. Oh Tuhan pertemukan aku dengan pujaan hatiku.
Bersambung…………….

Tabir Ayat

   
Sapa hangat dalam mimpi itu
Mengheningkan belenggu dan seperti ingin membuka halaman lampau
Baris waktu itu masih sangat terhapal
Setidaknya sepercik senyuman masih tertata dalam ingatan
Dan sekarang kenangan tinggallah kenangan
Kau terdiam dan kaku disana
Apakah kau merasakan dingin yang begitu sangat?
Sebait do’a, terkasih tasbih, terindah ayat
Hanya itu, dan Cuma itu yang kuhadiahkan untukmu
Dengarkanlah!
Secercah keikhlasan untuk tetap mendoakanmu
Bilakah kau kecewa karena aku tak bisa datang
Jadikanlah kekecewaan itu segaris rindu yang harus kau pupuk lagi
Sekiranya dentang waktu masih bersahabat untukku
Aku akan menemuimu
Gejolak itu akan sirna dan rumahmu pun akan terlihat istimewa
Amarahmu akan padam, senyuman itu akan menghias di bentang wajahmu
Tidurlah!
Tidur dengan ketentraman segelincir do’a
Karena tabir ayat indah akan menemanimu dalam kedamaian
Dan pintu surga pun telah terbuka untukmu
Lalu langkah kakimu menuntunmu dalam ketenangan jiwa
Tunggulah aku hingga aku hadir disisimu

Kamis, 30 Agustus 2012

Kertas Usang


Setiap jeritan hati
Adalah pelajaran bagaimana aku menghargai rindu
Lalu nafas yang berhembus ini
Adalah sebait ayat untuk menyentuhmu agar kau mengerti
Alunan sendu gerak nafasku
Mengayunkan binar-binar di bola mata
Langkah kaki yang membeku merantai sekelebit cerita
Antara kau dan aku
Lihat!
Setidaknya kau bisa melihat sedikit saja
Hati yang terkunci ini masih mengurung nama mu
Bagaimana caraku untuk melepaskannya
Jika kunci itu selalu dalam genggaman mu
Kau membiarkan kurungan itu hanya untukmu
Lalu harus apa dan untuk apa aku berdiri dan bertahan untukmu
Sementara kau menjadikan keindahan kita adalah kertas usang sebagai pilu
Dan aku selalu menata kembali satu demi satu kertas itu
Namun kau selalu teteskan debu dan aku harus menahan setiap goresan
Tinta yang kita tulis dahulu, kini semakin memudar
Hujanpun tak mau diam, ia semakin memudarkan
Kertas usang itu ku dekap erat
Dan aku tak mau siapapun yang ingin mengoyak tulisan bertinta antara kita